It is a long established fact that a reader will be distracted by the readable content of a page when looking at its layout.
Teh merupakan salah satu sektor komoditi padat karya di Indonesia, dimana penyerapan tenaga kerja di sektor ini sangat tinggi terutama tenaga kerja perempuan. Sektor ini mendukung penghidupan bagi 55.466 rumah tangga petani (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional‐Bappenas, 2014) dan jutaan tenaga kerja di kebun-kebun teh dan pabrik-pabrik pengolahan maupun blender & packer yang dimiliki oleh petani, negara dan swasta. Namun demikian produksi teh nasional semakin menurun karena laju penyusutan lahan perkebunan teh rakyat per tahun sebesar 1,3%, diikuti oleh perkebunan negara 2,2% dan tertinggi perkebunan milik swasta sebesar 3,9%. Penurunan luasan lahan mencapai 1,7%/tahun setara dengan 2584 ha yang berdampak pada penurunan produksi hingga 0,9% setara dengan 1,470 ton/tahun. Artinya, hal ini bukan hanya menjadi tantangan sektor teh Indonesian, namun juga ancaman bagi puluhan ribu petani dan jutaan tenaga kerja.
Di sisi lain, konsumsi teh masyarakat Indonesia justru mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980an, tingkat konsumsi teh nasional berkisar 0,32 Kg/kapita/tahun sedangkan pada tahun 2010 tingkat konsumsi ini telah mengalami peningkatan menjadi 0,61 Kg/kapita/tahun (Business Watch Indonesia, 2010). Konsumsi teh semakin meningkat seiring dengan tingkat kesadaran konsumen Indonesia pada manfaat teh untuk kesehatan. Lebih lanjut, jumlah konsumsi minuman teh Ready to Drink (RTD) bahkan telah mencapai 2 milyar liter pada tahun 2014. Kondisi ini tentunya mendorong pertumbuhan pangsa pasar teh domestik. Namun sayangnya, konsumen teh Indonesia lebih banyak disodori dengan produk-produk teh baik import maupun nasional dengan kualitas yang semakin menurun. Tanpa disadari, konsumen Indonesia semakin terbiasa mengkonsumsi teh dengan kualitas rendah. “Kalau konsumsi teh nasional yang berkualitas semakin banyak ditinggalkan. Jangan heran, jika lama-lama tidak ada kebun teh di Indonesia!” Tegas Arys Buntara, Dewan Pembina Paguyuban Tani Lestari & Ketua Yayasan Business Watch Indonesia.
Pada dasarnya, Indonesia negara penghasil teh berkualitas. Produk teh Indonesia berani diadu dengan produk teh dari negara lain, bahkan beberapa perusahaan multinasional mengakui cita rasa dan kekhasan dari teh Indonesia dan hal ini nampak dari keengganan mereka meninggalkan produk teh Indonesia sebagai salah satu bahan baku produk mereka. Demikian pula produk-produk yang dihasilkan oleh para petani teh yang bergabung dengan Paguyuban Tani Lestari juga memiliki kualitas yang mampu bersaing dengan produk teh perusahaan besar. Standar Lestari menjadi panduan mereka untuk melakukan praktek pertanian yang baik dalam memelihara kebun teh sehingga menghasilkan pucuk teh yang berkualitas dan diolah dengan baik. Secara perlahan namun pasti, para petani berhasil melakukan perbaikan-perbaikan pengelolaan usaha teh mereka.
Pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, telah memberikan dukungan kepada Paguyuban Tani Lestari (sebuah organisasi payung dari 34.239 petani di 14 Kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Barat sejak tahun 2016 yang memiliki concern untuk meningkatkan kesejahteraan petani teh) dengan memberikan bantuan mesin kepada 5 kelompok petani yang tergabung di dalam Paguyuban Tan Lestari di 5 Kabupaten yaitu di Subang, Bandung Barat, Cianjur, dan Garut sehingga petani dapat memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkannya. “Petani harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan dengan baik program bantuan dari pemerintah tersebut dan masyarakat juga seharusnya mendukung dengan mengkonsumsi teh yang berkualitas dari produk petani teh Indonesia untuk memajukan sektor teh Indonesia, supaya berkembang dan berkelanjutan” Ir. Panggah Susanto, anggota DPR RI dan juga mantan Dirjen Agro – Kementerian Perindustrian Republik Indonesia memberikan motivasi pada para petani.
Setelah berhasil memproduksi dan memasarkan Teh nDeso Wangi dan Teh Hijau Dieng, kini Paguyuban Tani Lestari memproduksi Teh nDeso Celup dan Teh nDeso Premium Celup untuk memenuhi permintaan pasar akan teh produk petani yang dicelup untuk memudah para konsumen menikmati aroma dan khas teh rakyat.
Bersamaan dengan acara Bincang Teh yang diselenggarakan oleh Business Watch Indonesia bersama dengan FISIP Universitas Atma Jaya, Paguyuban Tani Lestari meluncurkan produk baru mereka yaitu Teh nDeso Celup dan Teh nDeso Premium Celup, guna memperoleh dukungan dari kaum muda yang dapat menggerakan dan mendorong konsumen melakukan budaya dan tradisi minum teh baru yang lebih mempertimbangkan persoalan kualitas teh dan duungan mereka pada para petani teh.